Selasa, 03 Mei 2011

puisi komunitas seni kuflet


PANITIA PELAKSAN SEMINAR NASIONAL , LOMBA BACA OUSISI DAN FESTIVAL LAGU MINANG
KOMUI\NITAS SENI KUFLET PADANGPANAJNG


PUISI KATAGORI SEKOLAH DASAR (SD) DAN SEDERAJAT
Karya: Soeryadarma Isman

BULAN
Malam yang hening
bulan purnama menyinari bumi
dikelilingi bintang, hatiku pun riang.

Malam yang hening
angin berhembus sejuk
aku duduk di teras rumah bersama mamak dan abi
menikmati malam yang indah.

Padangpanjang, 2010

Karya: Shania Azzira
GURU
Pahlawan sejati, tanpa tanda jasa
Tanpamu otak kosong
Cita-cita takkan tercapai
Maafkan aku
Nakal, jengkel padamu
Aku mendapat ilmu
Untuk bekal nanti
Guru, kuucapkan terima kasih padamu

Padang panjang, 19 oktober 2010

Karya: Soeryadarma Isman

HUJAN
Kota ini kabut sering menutupi
wajah gunung merapi, singgalang
dan  tandikek yang indah
bukit tui penghasil kapur.  

Kota ini hujan sering turun
tanpa di duga, membasahi jalan
bahkan hati para pejalan.
Padangpanjang, 2010
Karya: Shania Azzira
BINTANG
Aku menatap bintang tersenyum
Melihat bingung penasaran
Mengepa bintang bercahaya
Menemani malam kelam
Tak kunjung siang

Andai melihat bintang dari dekat
Menemukan rahasia, jawaban setumpuk
pertanyaan
Aku rajut cita-cita
Bersama bintang
      Padangpanjang, 19 November 2009

Karya: Shania Azzira
SEPI
Nyanyian tak lagi merdu
Resah, rindu dari detak jantung
Memanggil ibu

Jangan melangkah tinggalkan mimpi
Sepi hati tak bersamamu
Belahan jiwa, semangat bagi cahaya malamku 

Padang panjang, 19 Januari 2010

Karya: : Soeryadarma Isman

KUCINGKU
Aku dapati kucing dalam selokan
mengeong-ngeong kedinginan
aku ambil, dan bawakan pulang.

Aku buatkan rumahnya di dalam kotak
beri makan setiap waktu, lalu aku sakit
kucingku ikut mati pula
hatiku sangat sedih sekali.

Padangpanjang, 2010





Puisi Katagori Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat
Karya: Erianto

JENDELA
Sebelum jendela terkuak rindu
Benturan mengundangan makna
Biru samudera mulai menepi
Hantaranpun juga menyepi
Bila jendela terkuak rindu
 masuklah semua godaan
hingga muncul pemudaran
mengusir segala godaan
mengusir rindu
mengusir debu
tak sepadan

lubuk sikaping, 27 Maret 2007

Karya: Sulaiman Juned

TAKENGON
bagaimana
melupakan gigil yang bersemanyam
ditubuh. Bunuh aroma bunga kopi
melekat dalam pikir.

bagaimana
merenyahkan rindu-cinta
di hati sementara desir angin
terbelah dalam ayun raga. Menunggu
cahaya bulan- kabut malam  itu,
di Buntul Kubu, ah!

Padangpanjang 2010
                                                                                   





Karya : Awaluddin Ishak
PERANG
Langkah membuat resah
Tercium telaga busuk
Menusuk hati benci
Marah raut wajah murka
Melahirkan duka berbalut dijiwa

Telaga busuk pancarkan perang
Melawan kecewa
Merangkul hati membenci
Melawan perang dengan hati.

Padangpanjang, 28 Desember 2010

Karya: Ansar Salihin
HIJAU LUKA
Air tawar terbentang luka di kejauhan
bukit. Hujan menggenangkan desa
benturkan mahkota  tercabut rumput bening.

cahaya tertusuk biru dalam purnama bulan
Hijau putri memanggil ikan habisi nyawa
terlempar danau kisah tertanam bunga
setahun kembali nyawa  berdaun emas
 sepi terkubur luka.

Padangpanjang, 20 februari 2011

                                                                                               

Karya: Alamsyah Putra
MENULIS KEHIDUPAN
Aku menatap
gerakan melukiskan bulan
tersenyum menyaksikan benang kabut
angin menusuk pikiran
terlukis bulan, bintang bersinar
memacu semangat tak henti
Padangpanjang, 2 November 2010
                                                                                               
Karya: Erna Mulyani
NYANYIAN KELU
Kelu mengingat
pohon nan gersang
suaramu menerbitkan kerinduan
hingga sabit berubah purnama
sanset menghiasi sanubari
desir angin hembuskan galau
kelu lahirkan fajar
ciptakan pelangi dalam pelukan.
Padangpanjang, 2011


PUISI KATEGORI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DAN SEDERAJAT
                Karya: Sulaiman Juned

                                BERSEBELAS      
bersebelas           
kita-melewati pematang
menyenjakan hati pada sejuk udara
tertawa usai bertemu Tuhan-memanjangkan
malam di pekat jiwa gantungkan
rembulan.

bersebelas
kita-mengiring kalbu terbelah
ditutupi kabut pada senja tak bernama
entah gerimis-entahpun hujan
menapaki sunyi perjalanan
pulang.

bersebelas
kita-mengawinkan rasa
agar cinta dapat berbagi di sukma se urat
entah sabit-entahpun purnama
menerangi kampung tengah
malam.

bersebelas
kita-memapah kegelapan mata
air kuburkan ruang angan
mari tentukan imam dan makmum
biar tak sesat sebab angin masih menjilat pucuk
rambut. 

bersebelas
kita-menghitung tasbih pada bibir angkuh
menyekap jejak tubuh di zikir pikir meluruh
menaburkan mawar basuh muka bersihkan khilaf
(api meluluhkan isi kepala)

                                                -Kubu Nan Ampek, 2011-                                                                                                             2









Karya: Rika Silviani
 Kemerdekaan
Merdekakah negeri ini
Yang dihiasi topeng kebohongan
Tikus berdasi berkeliaran disana sini
Merdekakah negeri ini
Rakyat tidak henti menangis
Jerit tangis menggema di jagat raya
Tikus berdasi asyik goyang kaki
Merdekakah negeri ini
Kedamaian tak lagi ada
Kaum hawa asyik menjual diri
Tikus berdasi menari-nari

Padangpanjang 2010


Karya: Ansar Salihin

 MERAIH BULAN

Ayah
Isi kehidupan engkau beri
membimbing tuju esok
walau jalan berliku dilalui
petunjukmu selalu di pilih.

Ibunda
Harap telah tergapai
andai mampu meraih rembulan
Akan kukalungkan d tubuhmu
pengganti sarung yang telah kusam
tanda baktiku padamu.

Ayah dan bunda
hari esok jadi cerah dapat merebut
matahari meletakkan di ubun-ubun.

Banda aceh, 2008





                                                                                                                               
    



Karya : Awaluddin Ishak
SURAT UNTUK SAHABAT

Di kejauhan teringat
Terkenang wajah hangat
Lahirkan damai di hati
                                                                                                                   
Dari kejauhan teringat
Menuliskan surat
Penawar rindu

Lambaian tangan
Beri isyarat untuk maju
Surat untukmu sahabat
Semoga kau selalu mengingat
Walau getir nasib memisahkan ruang.
                                Padangpanjang,27 Januari 2011


Karya: Wessy Sri Azweni
KANGEN
Kangen manatap rembulan
ini kali sendiri aku, sayang
tak seperti biasa selimuti dada
harap gelisah bisikan cinta
tetes darah itu sore kisah tentang kita
ladang cinta, delapan silam bulan
kutabung jantung untukmu

Kangen menatap rembulan
ini kali sendiri aku, sayang
janji terpegang di jantung
mengikat buhul hati kirim
sedikit napas penawar bisa
ladang dendam jangan membara
taburkan saja hujan di jiwa agar damai
menuju pintu surga

Padangpanjang, Maret 2009
                                                               



Karya: Sahrian Rusdi
DURHAKA BEKU
Anak rahim mungil lahir berdarah karena nyawa bersayap
dibesarkan buah dada renta kelak bergantung
diiringi jalanan sepi. Tangan bersuap menikmati  nasi
tatkala terdengar rintih tinja dan cucuran kencing
memaksa tangan menjamah rintihan.

Anak rahim mungil lahir berdarah karena nyawa bersayap
perputaran kejam tumbuh  merubah diri tak tahu darimana asal
akuan keputusan tajam tak menganggap memicu rangkaian lepas
mengutuk beku silam beredar ombak mengikis pikir
pendengaran tak segan jika pendidik jadi serangga. 
               
Padangpanjang, 21 Februari 2011

Karya: Erianto
KAU DATANG DIA PERGI
Kau datang menjemput hatiku
pulang mencium aroma lumpur
iar bercampur batu
nafasnya terengah seketika
ingin melangkah

Tapi kaki enggan menggerakan
bintik-bintik hujan warnai hati
keram dalam selokan
ia mengais sisa-sisa yang tinggal
 mencari  paying yang dibalut lumpur

Kau datang dia pergi
kau datang mencium aroma lumpur
tapi membisu di sudut batu
aku membaca hasratnya
tapi kau malah berhenti
di tengah bantu dan lumpur

                Batu sangakar 30 Maret 2009

                                                                                                               


PUISI KATEGORI MAHASISWA DAN UMUM

Karya: Sulaiman Juned

JIKA AIR BERUMAH DI PASIE LAWEH

jika air berumah
di kampung- di pasar- di sawah- di ladang langit menangis
renyah. Galau bulan mandi galodo. Gerimis
menari-nari angin jalang memekatkan jiwa
rupa hilang dalam kelam waktu.

jika air berumah
di rumah gadang- di toko- di mushalla-di masjid langit menangis
rinai .Matahari risau mengeram galodo. Tarian sukma
memabukkannya selepas bertarung menempuh badai.

jika air berumah
di jiwa. Salak srigala dan kicau burung
membunuh bintang-turun ke nurani  jadi galodo
kitapun hanya mampu berumah dipikiran
tentang kisah getir Pasie Laweh barangkali ada yang mengetuk pintu
mengurung ombak di dada menghamburkan luka. Kenapa kita
lupa pada cuaca putih  mengelus hati meluruh. Kenapa kita
tinggalkan awan putih mengantar rindu ke pintu surga. Kenapa kita
lupa pada air bersemanyam di kalbu mengantar rindu pada-Mu ya Rabbi.

jika air berumah
di gelung hati sedang di luar kabut mengental. Menyusup nadi
bergantung di pucuk daun. Mengurung samudera pikiran
kemana tuangkan duka tumpahkan gelisah
O, hati yang resah bersabarlah
pucuk angin pasti membelai dada
O, hati yang gundah bersabarlah
matahari pasti singgah digubuk kita
O, hati yang gulita bersabarlah
sebentar lagi  sabit pasti purnama
menjemput segala senyum di kening bulan.
Aku sempatkan menjenguk rumah yang Kau rubah jadi galodo
kusaksikan tuhan tersenyum getir dalam senyap-sepi keramaian.
                                                               
                                                                Batusangkar, 31 Maret  2009

Karya: Sahrian Rusdi

AYAH
Gumpalan yang kekar menancap harap abadi
mengais hutan semak ranjau kehidupan menatah diri jadi pejuang
mengayuh pasang deras langkah jurang tancapkan parang
berselimut kabut hentak cangkul menggali uang.

Hayal  puncak seperti ingin rasakan ikatan dasi gelindingkan roda empat
seperti ingin rasakan udara kubus korsi nyaman menghitung
kenyamanan di kasur empuk.  Puluhan tahun ditusuk ranjau hutan
sengat  matahari pikir renung  dibawah ilalang kering  daun pisang
puluhan tahun memikul kampak parang cangkul harap kelak gigih
tergantikan sukses anak-anakmu.

Sentak bahasa keluar jika didikan harap bersalah
Bahkan hempasan tangan menyambar jiwa. Sukses  terbisik di hati
 tak pernah meminta, mengharap, dan menuntut upah keringat getirmu
 hitung lahir  telah lanjut, tak pudar-pudarnya  semangat tertanam untuk kami
andai sakit tidak menghampiri, mungkin hutan-hutan kau jamahi menanam cinta
kau pahlawan tak menuntut jika kaki harus melangkah bahkan larangan menring di telinga
jangan jamahi hutan dan ladang seperti kehidupanku.

                                                Padangpanjang 14 Februari 2011

                                                                                                                                               


PUISI KATEGORI MAHASISWA DAN UMUM

Karya: Sulaiman Juned

JIKA AIR BERUMAH DI PASIE LAWEH

jika air berumah
di kampung- di pasar- di sawah- di ladang langit menangis
renyah. Galau bulan mandi galodo. Gerimis
menari-nari angin jalang memekatkan jiwa
rupa hilang dalam kelam waktu.

jika air berumah
di rumah gadang- di toko- di mushalla-di masjid langit menangis
rinai .Matahari risau mengeram galodo. Tarian sukma
memabukkannya selepas bertarung menempuh badai.

jika air berumah
di jiwa. Salak srigala dan kicau burung
membunuh bintang-turun ke nurani  jadi galodo
kitapun hanya mampu berumah dipikiran
tentang kisah getir Pasie Laweh barangkali ada yang mengetuk pintu
mengurung ombak di dada menghamburkan luka. Kenapa kita
lupa pada cuaca putih  mengelus hati meluruh. Kenapa kita
tinggalkan awan putih mengantar rindu ke pintu surga. Kenapa kita
lupa pada air bersemanyam di kalbu mengantar rindu pada-Mu ya Rabbi.

jika air berumah
di gelung hati sedang di luar kabut mengental. Menyusup nadi
bergantung di pucuk daun. Mengurung samudera pikiran
kemana tuangkan duka tumpahkan gelisah
O, hati yang resah bersabarlah
pucuk angin pasti membelai dada
O, hati yang gundah bersabarlah
matahari pasti singgah digubuk kita
O, hati yang gulita bersabarlah
sebentar lagi  sabit pasti purnama
menjemput segala senyum di kening bulan.
Aku sempatkan menjenguk rumah yang Kau rubah jadi galodo
kusaksikan tuhan tersenyum getir dalam senyap-sepi keramaian.
                                                               
                                                                Batusangkar, 31 Maret  2009

Karya: Sahrian Rusdi

AYAH
Gumpalan yang kekar menancap harap abadi
mengais hutan semak ranjau kehidupan menatah diri jadi pejuang
mengayuh pasang deras langkah jurang tancapkan parang
berselimut kabut hentak cangkul menggali uang.

Hayal  puncak seperti ingin rasakan ikatan dasi gelindingkan roda empat
seperti ingin rasakan udara kubus korsi nyaman menghitung
kenyamanan di kasur empuk.  Puluhan tahun ditusuk ranjau hutan
sengat  matahari pikir renung  dibawah ilalang kering  daun pisang
puluhan tahun memikul kampak parang cangkul harap kelak gigih
tergantikan sukses anak-anakmu.

Sentak bahasa keluar jika didikan harap bersalah
Bahkan hempasan tangan menyambar jiwa. Sukses  terbisik di hati
 tak pernah meminta, mengharap, dan menuntut upah keringat getirmu
 hitung lahir  telah lanjut, tak pudar-pudarnya  semangat tertanam untuk kami
andai sakit tidak menghampiri, mungkin hutan-hutan kau jamahi menanam cinta
kau pahlawan tak menuntut jika kaki harus melangkah bahkan larangan menring di telinga
jangan jamahi hutan dan ladang seperti kehidupanku.

                                                Padangpanjang 14 Februari 2011

Karya: Wessy Sri Azweni
PASIA LAWEH
pasie laweh menjerit
kasih apalagi di negeri hijau sahabat aca
mengetuk pintu-pintu dendam tak henti
mengantar kabar air mata, duka dijajakan
melintas langit menghampar luka

Pasia laweh menangis
aca kehilangan alamat
senyum bertukar murka diladang itu
negeri kenangan tumpukan jejak mimpi
puing-puing menyempit disudut waktu
manatap langit, rembulan dan matahari
dalam zikir doa maafkan aca

Batu sanngkar, 31 Maret 2009

Karya: Muhammad Subhan

RAKYAT NEGERIKU SEDANG SAKIT

Tuhan
rakyat negeriku sedang sakit
sakit hati-sakit jiwa-sakit korup-bersimaharajalela
berkelindan melintas akal sehat
yang tahyul, yang syirik, yang munafik
bercengkerama bagai sahabat karib
lalu harga diri pun tergadai
uang. begitu manis dikecap.

Tuhan
yang baik yang jahat
dua sahabat akrab, bela membela
damaipun merindu namun tak pernah menepi

                                Padangpanjang 2009

Karya: Wiko Antoni

 SUMPAH BUNGA
Ini kali harimau tabir tak ke
Taman sari. Bila layu kembang ditangan
Berbisiklah  Ini pengalaman” Meniti luka hati
Terkasih. Malangnya misai harimau muda

Ini sumpah harimau malam. Bersambung
Lara dengan setia. Api padam gerimis turun
kaki masurai basah. Di hulu tabir hamba
mengeram.
Menitip rindu bukit putih.
Huluan menerka lihir, masih lara kau diri.

Tegun air mata
Tersisa catatan romantik tepian
Merangin sebelum minum jernih hulu tembesi
Biar semua tahu. Geramnya tiada
Menista cinta. Biarpun pagi tak
kunjung datang.

                                Ujung Tanjung, 23 Mei 2011

Karya: Erianto

JALAN SETAPAK MENUJU SURAU

Dalam gerimis
dan kabut tipis
singgah juga gumam angin
deretan tangga hampa dijajaki
5 sampai 10 burung gereja
Terbang tampa mengepak

Kesunyian mengendap dalam sumuran
Cahaya pudar sore hari
Muka sajadah mulai memudar
Dari jangkauan anak adam dan hawa
Bagai waktu yang menghindar
Dari tatapan sumur tua
Jadan setapak menuju surau adalah
Kerinduan Nya
Gunung, lautan, langit, bumi bertasbih kepada Nya
Sebuah gerenda sebuah pemandian
 kitab tertutp
perhatian segala duka
beduk magrib
rumah beton, sumur tua jadi hamparan sajadah
sementara aku belum juga sadar
meski sedekat kulihat wajah Mu
tersenyum dalam adzan.
                                                                                                                          Padangpanjang, 01 februari 2011


Judul lagu yang diperlombakan  dalam acara Festival Lagu Minang tingkat SMP, SMA, mahasiswa dan umum

I.                   Kategori Penyanyi Cewek

1.     Adila                    : Maulang Sayang
2.     Yen Rustam                   : Cinto Jan Di Bali
3.     Misra Molai                   : Tigo Bulan Cinta Di Jalin
4.     Susi                      : Gamang di Seso Mimpi
5.     Susi                      : Inai Sabatang

II.                Kategori Penyanyi Cowok

1.     Jhon Kinawa       : Takicuah Dinan Tarang
2.     Ades Sadewa       : Marantau
3.     Ody Malik           : Rilakan Nan Tamakan
4.     Jhon Kinawa       : Tongga Babeleang
5.     UCok Sumbara   : Pintak Kapayuang Kuniang