Selasa, 22 Maret 2011

contoh proposal seni kriya

PROPOSAL KARYA SENI

DAMPAK GEMPA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN
KARYA SENI KAYU










Oleh:

Nama : Doli Elfian
Nim : 04112007
Jurusan : Seni Kriya


Proposal ini diajukan untuk mendapatkan dana Kompetisi Karya Seni sebagai Media Apresiasi Jurusan Seni Kriya Bidang Kemahasiswaan STSI Padangpanjang tahun 2009



DEPARTEMEN PENDIDIKAN INDONESIA
SEKOLAH TINGGI SENI INDONESIA (STSI)
PADANGPANJANG
2009
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul karya seni : Dampak Gampa Sebagai Ide Penciptaan Kaya Seni Kriya
2. Data pengkarya
a. Nama lengkap, nim : Doli Elfian , 04112007
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Jurusan/Prodi : Seni Kriya/S1
3. Alamat pengkarya :
a. Alamat rumah/hp : Jl Soekarno Hatta Gang Seroja Padangpanjang
4. Jangka waktu kegiatan : 5 minggu, 20 November s/d 27 Desember 2009
5. Biaya yang digunakan :
Padangpanjang, 09 November 2009

Mengetahui Pengkarya
Pembimbing HMJ
Jurusan Seni Kriya


Rahmad Washington, S.Sn, M.Sn Doli Elfian
NIP: 197805252003121002 NIM: 04112007



Menyetujui
Ketua Jurusan Seni Kriya



Purwo Prihatin,S.Sn, M,Hum
Nip: 197412042003121003

Dampak gempa sebagai ide penciptaan karya seni kayu

1. Latar Belakang
Karya seni di derah Sumatra Barat secara keseluruhan pada umumnya berbentuk simetri dan asimetri. Kecendrungan bentuk karya-karya seni derah hany berkhas tradisi bahkah sacral adat. Bentuk-bentuk simetri dan asimetri pada umumnya, desaint menyatu dengan keseluruhan corak yang dipengaruhi dan bersumber pada aliran sufi. Layaknya motof-motif yang terlihat pada rumah adat minang, hamper keseluruhan motif cendrung mengarah pada tatanan adat bahkan beraliran sufi.
Karya panel yang berasal; dari minang kabau cendrung menampilkan kondisi dan romantika minang kabau secara tinggi atas nilai keindahanya. Kebanyakan para seniman memanfaatkan momen tradisi akan keindahan minang kabau yang direalisasdikan menjadikan karya-karya seninya. Namun secara harfiah seniman berperan menyampaikan wacana, wahana, saran atau tanggapan serta pandangan melalui karya-karyanya. Hal tersebut merupakan para seniman yang jarang ditemukan disekitar kita. Tidak dapat dimunafikkan bahwa peran seniman cendrung mencari keindahan yang penyampaian akan sebuah karya hany berupa nilai indah, bukan moral.
Berangkat dari hal tersebut, peristiwa Gempa Sumatera Barat 30 September 2009 merupakan kejadian yang sangat memprihatinkan. Hal tersebut seharusnya menyarankan para seniman untuk menyampaikan pesan moralnya melalui karya-karya garapannya. Dalam hal ini pesan yang disampaikan sepantasnya dapat menjadikan seni juga berpengaruh dalam segala hal termasuk dalam hal musibah.
Berdasarkan uraian singkat tersebut, penulis mencoba menggali dan menyampaikan pesan melalui kompetisi seni dalam mengembalikan nilai seni di kalangan mnasyarakat, sehingga pesan tersebut juga terkesan bernilai. Pelahiran yang demikian adalah dalam upaya mengembalikan ma’wah serta peran seni dalam dunia masyarakat umum yakni melalui pengarapan karya kriya kayu ayang berjudul “ Dampak Gempa sebagai ide penciptaan karya seni kriya”.

2. Tujuan dan manfaat
1. Tujuan
a. Sebagai upaya melestarikan nilai-nilai budaya yang ada
b. Sebagai pembelajaran untuk menginggat kembali pada bencana gempa di ranah minang.
c. Mengembangkan serta menciptakan bentuk-bentuk kebaruan dalam karya seni.
d. Sebagai upaya melestarikan kembali nilai-nilai kebudayaan dalam kehidupan masyarakat Ranah minang.

2. Manfaat
a. Memperkenalkan serta melestarikan kembali bentuk kebudayaan minang ke tengah-tengah masyarakat.
b. Agar karya seni bernuansa Dampak gempa dapat dengan mudah di terima di tengah-tengah masyarakat khususnya Indonesia.
c. Meningkatkan mutu karya-karya yang telah ada sebelumnya sehingga menjadi lebih baik dan serta menambah masukan bagi pencipta karya seni, khususnya di bidang seni kriya kayu.
d. Agar karya yang mengandung nilai tradisi mudah di terima masyarakat.

3. Ide penciptaan
adapun metode yang dipakai dalam proses penggarapan karya seni ini adalah melalui beberapa metode yaitu:
1. Melakukan pendekatan secara langsung pada objek yang menjadi landasan ide dalam penggarapan karya seni ini terutama pada bentuk-bentuk kehancuran pada Dampak gempa di ranah minang.
2. Studi pustaka, yaitu mencari acuan dan data-data melaui buku dan majalah, baik berupa tulisan maupun gambar yang menyangkut dengan vasualisasi karya.
3. Studi Empirik, merupakan pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan dan proses pembentukan karya yang pernah ada yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, sehingga berguna untuk menciptakan karya.
a. Kajian sumber penciptaan
Konsep garapan sebuah karya, berawal dari ide. Kemudian konsep ini beranjak kepada proses penciptaan. Berangkat dari Dampak gempa sebagai suatu musibah yang menimpa ranah minang. penulis merumuskan rencana penciptaan karya seni yang bersifat ekspresi atas pemindahan bentuk yang nyata. Gagasan ini memunculkan konsep penciptaan yang menjadi dasar proses penciptaan dalam menciptakan karya-karya ekspresif melalui media kayu dengan ide dasar Dampak gempa yang dilihat secara subjektif.
Produk-produk seni diciptakan seniman dengan bermacam bentuk bersifat inovatif maupun karya hasil kreasi dan menjadi ciri khas seorang seniman dengan tujuan memperbaharui bentuk dan desain agar dapat menambah serta memperbanyak desain-desain baru dari bentuk yang telah ada dan dapat memperkaya hasil karya seni.
Penyempurnaan rancangan adalah suatu evolusi keterampilan yang terus-menerus. Manusia membutuhkan waktu yang lama sekali sehingga sampai pada betnuk-bentuk yang kita lihat sekarang”.
Berdasarkan uraian di atas, menjadi inspirasi penulis untuk menciptakan bentuk Dampak gempa yang akan diterapkan dalam bentuk kriya kayu. Ide penciptaan karya ini tidak terlepas dari pengamatan terhadap aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut di gunakan sebagai rancangan bentuk karya seni, sehingga karya yang di lakukan dapat dipakai atau difungsikan dalam kehidupan. Karya-karya yang akan digarap ini berfungsi sebagai elemen pendukung interior ruang keluarga atau ruang tamu yang dapat melahirkan nuansa yang tertata. Hal ini karena bentuknya sengaja di desain dengan nuansa tidak jauh berbeda dari bentuk asli bertujuan mendapatkan bentuk karya secara kebaruan jadi kepuasan bagi penikmat seni dengan harapan menambah nilai estetis. Harap penulis karya ini sesuai dengan nilai estetis sehingga lebih ekspresif dengan tidak mengubah substansi bentuk aslinya pada Dampak gempa.

b. Landasan teori
Pada dasarnya karya ini merupakan bentuk karya lukisan yang terbuat dari kanfas. Yang biasanya karya lukisan ini diletakkan pada dinding rumah. Fugsinya untuk memperindah ruangan rumah. Pada biasanya lukisan hanyak menampak kan bentuk semu. Dari pada itu penulis ingin mengangkat karya lukisan ini menjadi karya terstur nyata pada karya seni. Menurut Rastiani Sipayung bahwa seni lukisan itu hanya menimbulkan tekstur semu. Dan pada seni teknik ukir memiliki bentuk tekstur yang nyata.
1. Bentuk
Gustami dalam Riswel mengatakan bahwa form (bentuk) merupakan wujud secara keseluruhan sebuaah benda. Menurut Felmen “bentuk” adalah manifestasi dari sebuah objek yang hidup (2006: 186).
Bentuk karya panel ini mempunyai bentuk yakni garis, yang mengambarkan rumah gadang keseluruhannya sama, sedangkan perbedaan antara yang lainnya.
Pada dasarnya form (bentuk) adalah totalitas pada karya seni. Bentuk itu merupakan organisasi atau satu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung karya. (Kartika, 2004: 30). Bedasarkan pendapat di atas ada dua macam bentuk: pertama visual form yaitu bentuk fisik dari sebuah karya seni atau satu kesatuan dari unsure-unsurpendukung karya seni tersebut. Kedua special form yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara nilai-nilai yang di pancarkan oleh fenomena bentuk fisiknya terhadap tanggapan emosionalnya.

2. Fungsi
Fungsi berhubungan dengan kegunaan dari suatu seperti halnya seni dengan hasi-hasinya menurut Feldman yang di terjamahkan Gustami dalam Riswel (2006: 62) fungsi karya seni akan terus berlangsung untuk memuaskan dan memenuhi kebutuhan seta mengingat kembali pada bencana yang menimpa Ranah Minang.

4. Penciptaan
a. Metode penciptaan
Adapun metode yang di pakai dalam proses pembuatan proposal karya seni ini adalah melalui beberapa metode yaitu:
1. Melakukan pedekatan secara langsung pada objek yang menjadi landasan ise dalam penggarapan karya ini terutama pada bentuk-bentuk dampak gempa.
2. Studi pustaka, yaitu mencari acuan dan data-data melalui buku dan majalah, baik berupa tulisan maupun gambar yang menyangkut dengan visualisasi karya.
3. Studi Empirik, merupakan pengumpulan datayang di peroleh dari pengamatan dan proses praktek pembentukan karya yang pernah ada yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, sehingga berguna untuk menciptakan karya dengan bentuk-bentuk dari kreasi baru.




b. Proses penciptaan
1. Gambar acuan

Dampak Gempa
Gambar ini merupakan kondisi yang terjadi pada saat gempa 30 September 2009


Dampak Gempa 2

2. Disain Alternatif























3. Disain Alternatif
























4. Disain Alternatif






















5. Disain terpilih























6. Gambar kerja























c. Bahan, alat dan tehnik
1. Bahan
Bahan terdiri dari bahan utama, bahan pununjang dan bahan pelengkap. Bahan utama adalah bahan pokok yang menjadi media penciptaan karya, sedangkan bahan penunjang adlah bahan-bahan lain yang menjadi kelengkapan penting yang digunakan untuk menciptakan karya. sedangkan bahan pelengkap adalah bahan-bahan yang di gunakan pada waktu finising untuk mempertajam keindahan karya yang diciptakan
a. Bahan Utama.
Bahan utama dalam karyaini adalah kayu Surian.
b. Bahan Penunjang.
Bahan pencipta karya ini adalah bahan lain untuk mendukung karya, dalam hal ini penulis mengunakan:
1) Amplas
2) Kertas HVS
3) Lem Alteco
c. Bahan Finising
1) Melamine Clear gloss.

2. Alat
Peralatan adalah seluruh benda yang digunakan untuk menunjang proses terciptanya sebuah karya seni. Dalam proses penciptaan karya ii penulis mengunakan alat-alat berikut:
a. Alat Manual
Alat-alat manual yang digunakan adalah:
1) Pahat Coret.
2) Pahat Ukir
3) Palu Kayu
Palu kayu adalah sebuah alat pemukul berbentuk palu untuk memukul pahat. Palu kayu dibuat dengan ukuran dan di buat sesuai dengan kebutuhan.
b. Alat Mesin
1) Mesin jig saw, sebagai alat pemotong kayu
2) Mesin Ketam, alat untuk meratakan permukaan kayu
3) Kompressor dan speed merupakan alat untuk finishing
c. Teknik
Merupakan Suwaji Bustami dalm Edi, teknik ukiran terbagi dalm empat bagian, yaitu teknik ukir tinggi, sedang, rendah dan terawang. Adapun teknik yang dipakai adalah:
1. Teknik Ukir Relief Tinggi
Teknik ukir relief tinggi adalah suatu teknik ukir dimana objek dari karya yang akan dibentuk lebih tinggi dari pemukaan kayu, seperti bentuk yang cembung.
2. Teknik Ukir Relief Sedang
Teknik ukir relief sedang adalah teknik ukir dimana objek dari karya yang akan dibentuk tidak tinggi dan tidak pula rendah.
3. Teknik Ukir Relief Rendah
Teknik ukir relief rendahadalah teknik ukir dimana objek dari karya yang akan dibentuk lebih rendah, seperti teknik ukir cekung.
4. Teknik Finishing, teknik ini mengunakan teknik semprot dengan Speed.

5. Kalkulasi biaya
1. Karya I (satu)
a. Kayu Surian 70 cm x 70 cm x 3 cm Rp 323.000.00,-
b. Lem Kayu Rp 7.000.00,-
c. Amplas (kasar dan halus) @2 Rp 16.000.00,-
d. Lem Alteco Rp 50.000.00,-
e. Clear gloss Rp 50.000.00,-
f. Melamin Rp 50.000.00,-
g. Thinner Rp 50.000.00,-
h. Upah Kerja 3 Minggu@ Rp.45.000.00.- Rp 945.000.00,-
Jumlah Rp 1.491.000.00,-

6. Penyajian karya/pameran
Karya ini nanti di pamerkan bersama peserta yang lainnya dalam hal ini langsung diadakan kompetisi antara karya mahasiswa kriya yang lainnya. Tempat pamerannya dilaksanakan di STSI Padangpanjang tepatrnya di depan kantor Jurusan Kriya dengan menggunakan dana kompetisi karya seni.



7. Sistematika Laporan
Halaman Judul Luar
Halaman Judul Dalam
Halaman Pengesahan
Daftar isi
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Penciptaan
b. Tujuan dan Manfaat
c. Metode penciptaan

BAB II KONSEP PENCIPTAAN
a. Sumber Penciptaan
b. Landasan Teori

BAB III PROSES PENCIPTAAN
A. Data Acuan
B. Sketsa Atau Desain Alternatif
C. Bahan, Alat, dan Teknik
D. Proses Perwujudan
E. Kalkulasi Biaya


BAB IV TINJAUAN KARYA
A. Judul
B. Sketssa
C. Disain/Gambar Kerja
D. Foto Karya dan Diskripsi

BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

8. Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan Minggu ke
0 1 2 3 4 5
Persiapan
Elaborasi
Realisasi
Realisasi
Penyelesaian / finising
Penyajian karya

PUSTAKA
- AAM. Djelantik. 1999.Estetika Sebuah Pengantar. Masyarakat Seni Pertunjukan Bandung, Indonesia.
- Achdrat K. Mihardja, 1998, Polemik Kebudayaan, Jakarta; Balai Pustaka.
- Dharsono Soni Kartika, 2004, Seni Rupa Modern, Bandung; Kekayasa Sains.
- Ismail Hamid, 1991, Masyarakat dan Budaya Melayu, Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia Kuala Lumpur.
- Sumarjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. ITB, Bandung.
- Mursal Esten, 1993, Minangkabau tradisi dan perubahan, Anggota IKAP.
- Soedarso SP, 1991, Perkembangan Kesenian Kita, Yogyakarta; Balai Pustaka ISI Yogyakarta.
- SP Gustami, dampak Modernisasi Terhadap Seni Kriya Di Indonesia, Balai Pustaka ISI Yogyakarta.
- Tsuyoshi Kato, 2005, Adat Minangkabau dan Merantau Dalam Perspektif Sejarah, Jakarta; Balai Pustaka.

seni kriya nusantara

SENI KRIYA NUSANTARA


A. Konsep Karya Seni Rupa Terapan
Bentuk kebudayaan yang paling sederhana muncul pada zaman batu. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat kecerdasan, perasaan dan pengetahuan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi pada zaman itu. Untuk menunjang kelangsungan hidup, mereka membuat alat-alat dari bahan-bahan yang diperoleh di alam sekitar mereka. Sebagai contoh, kapak genggam dan alat-alat perburuan dibuat dari tulang dan tanduk binatang.
B. Pengertian Seni Kriya
Seni kriya sering disebut dengan istilah Handycraft yang berarti
kerajinan tangan. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art) yang selain mempunyai aspek-aspek keindahan juga menekankan aspek kegunaan atau fungsi praktis. Artinya seni kriya adalah seni kerajinan tangan manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan pertimbangan artistik dan keindahan.

C. Unsur Karya Seni Kriya
Seni kriya mengutamakan terapan atau fungsi maka sebaiknya terpenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:

1. Utility atau aspek kegunaan

Security yaitu jaminan tentang keamanan orang menggunakan
barang-barang itu.

Comfortable, yaitu enaknya digunakan. Barang yang enak
digunakan disebut barang terap. Barang-barang terapan adalah
barang yang memiliki nilai praktis yang tinggi.

Flexibility, yaitu keluwesan penggunaan. Barang-barang seni kriya
adalah barang terap yaitu barang yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau terapannya. Barang terap dipersyaratkan memberi kemudahan dan keluwesan penggunaan agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam penggunaannya.

2. Estetika atau syarat keindahan
Sebuah barang terapan betapapun enaknya dipakai jika tidak enak dipandang maka pemakai barang itu tidak merasa puas. Keindahan dapat menambah rasa senang, nyaman dan puas bagi pemakainya. Dorongan orang memakai, memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi jika barang itu diperindah dan berwujud estetik.
3. Seni ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain. Contohnya mebel, relief dan lain-lain.
4. Seni kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang, enceng gondok, dll. Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain.
5. Seni kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing). Contohnya: baju, gaun dan lain-lain.

seni rupa modern

KARYA SENI MODERN

Sejarah Seni
Sebagai Dasar Pendifinisian
Seni Dan Sebagai Ruanglingkup Seni

Pada dasarnya sejarah merupakan segala sesuatu yang terjadi dimasa lalu yang itu memiliki data-data lengkap serta faktanya dapat dibenarkan dan jelas. Secara filsafat sejarah juga dapat didefinisikan yang telah berlalu layaknya jam, menit, bahkan detik sebelumnya. Namun secara harfiahnya ini tidak dapat menjadi data pembenaran. Hal inilah yang sering terjadi bahwa hal ini selalu relative dan terus menerus dikaji. Secara globalnya pula sejarah selalu berkaitan dengan dimensi waktu.
Pada tahun 1983 beberapa anggota ekspedisi Frobenius mencari karya seni bersejarah berupa lukisan-lukisan prasejarah sepanjang pantai barat irian jaya. Penemuan awal meraka menemukan siluet atau bekas tangan pada sebuah dinding disemenajung abba dekat dengan deremberg.seperti halnya orang eropa terdahulu bahwa masyarakat terdahulu meninggalkan tanda atau bekas sebagai pertanda bahwa mereka ada antuk generasi selanjutnya (seni di Indonesia : Claire holt).
Pertanda tersebut berupa bekas tangan yang mereka rapatkan kedinding dan menutup dan memulas warna merah disekitar. Penemuan tersebut dipimpin oleh Dr. Joser Roder dan menamkan batu tersebut batu abba die stammwand der kulturen atau dinding buday zaman purba.. diperkirakan hal ini berisikan lukisan tertua didaerah ini. Pada dinding ini pula terdapat bakas kaki, beberapa gambar manusia dan binatang laut serta symbol yang diantaranya ada yang berbentuk bulan sabit. Ini merupakan salah satu sisa prasejarah yang ada di Indonesia serta tidak banyak tempat lain yang ditemukan seperti ini. Artinya dominannya hanyadaerah ini saja yang terbanyak tempat yang dianggap tempat prasejarah. Dengan seperti ini banyk sisi pengkajian yang dapat dijelaskan, salah satunya apakah daerah ini sebagai daerah yang memang menjadi manusia pertama di Indonesia, ataukn daerah yang memang masyarakatnya sangat awam akan alam hingga yang menarik bagi mereka akan meraka gambarkan dan sepertinya bukan mustahil ini benar bahkan iuni merupakan karya seni pertama di Indonesia.

Karya Yang Dianggap Lukisan Prasejarah Yang Ditemukan Di Irian Jaya


Tentunya ini akan mengundang banyak konrtofersi dan semua tidak akan lepas dari semua itu karena ini bersifat pengkajian. Sejarah yang seperti ini apakah dapat dijadikan pendifinisian seni atau tidak? Tentunya ini juga mengundang kontroversi, namun dapat dikaji secara filsafat tentang difinisi seni.
Setelah memandang uraian diatas dapat dikategorikan bahwa pengertinya sangat luas. Beberapa ahli di Indonesia yakni Ki Hajar dewantara” segala sesuatu perbuatan manusia yang timbul dari dalam diri manusia”. Namun dapat didifinisikan secara global bahwa seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh manusia, meski itu seni itu tidak akan selalu indah jika dipandang subyektive. Setelah kita difinisikan pengertian seni terjelas bahwa seni yang terdahulu hanya merupakan anggapan para ahli seni saat ini dan ini di hak patenkan juga pada saan zaman ini. Jelas terlihat bahwa ini didefinisikan secar garis pandang tidak melalui sudut pandang. Hal ini tertera pada lukisan masa lalu seperti yang dijelaskan bahwa mereka tidak menakan itu seni, bisa saja itu tanda-tanda yang ada pada saat itu sebagai bagian dari komunikasi mereka. Jika didefinisikan seni saat ini maka akan tersebut ruanglingkup yang amat sangat besar dan meluas. Namun dikarenakan hk paten terhadap pengertian seni telah teruraikan maka kaitan segalanya dengan senikan saling berkaitan dan itu pasti berhubungan pengertian seni amat sangat meluas.





Persefektif seni

Pada dasarnya persefektif memiliki arti yang jelas yakni sudut pandang yang mengartikan segala sesuatu dengan seksama dan terlihat. Begitu juga yang memiliki sudut pandang yang sedikit berbeda-beda. Jika kita mengkaitkan antara kebudayaan dan seni tentunya ini menjadikan satu sudut pandang yang berbeda pula. Paradigma yang terbentuk dalam persefrktif seni biasanya terkadang berpengaruh pada individualis yang menggayakan unsure pribadi.
Namun seni juga mempunyai pola pandang tersendiri. Dalam beberapa buku yang diterbitkan di barat, sedikit menjelaskan bahwa kritikan terkadang selalu menyebabkan kehancuran atau pola yang lambat dalam proses peningkatan akan ilmu pengetahuan. Dalam pola yang seniman pakai dalam hal tersebut juga terkadang selalu bersifat menjatuhkan. Maka sepertinya kita dpat menggunakan yang terlebuh daahulu telah dibenarkan. Bukankah kita selalu dapat belajar dari buku yang itu menjanjikan kesuksesan. Sangat bodoh rasanya jika kita tidak memanfaatkan hal tersebut, jika dikatakan ingin berbeda, dipertanyakan pula. Apakah ini hanya untuk meningkatkan popularitas? Sepertinya ini telah menjadi metode yang salah. Kita dapat belajar dan dapat mengadobsi beberapa cara dalam mengkrtik seni dan kita juga dapat memandang seni dari pandangan yang meningkatkan.
Pada dasarnya, cara seseorang memandang seni tersebut ada 3 macam dan mungkin malah lebih diantaranya ; ada yang memandang seni sebagai bagaian yang akan dijadiakan tempat pelampiasan tempat mencari popularitas dan ada juga yang memandang seni seperti ingin meningkatkan. Persepektif ini mengarah pada pandangan yang menganalisis.
Namun terkadang juga ada persefektif yang mengangap hanya sebatas pandangan yang mengarah pada individualis. Seni saat ini memiliki persefekrif yang tidak jauh dengan masa yang lalu dan ada juga yang mengatakan sebaliknya. Namun pada tindak baca yang harviah semua itu dapat mengarah pada cara pandang masing-masing atau dengan kata lain perseftif sendiri.
















Antara
Kebudayaan Dan Seni

Perkembangan seni moderen di Indonesia sebagai segi dari perubahan budaya tentu merupakan sebuah dari pertanyaan yang lebih luas tentang pengaruh seni. Pada perdebatan antara pihak timur dan barat tentang mederenisasi dan westerenisasi? Karena pengaruh tersebut berpengaruh pada kehidupan barat yang semakin lama semakin masuk kewilayah timur secara menyeluruh.
Secara empirries dapat terlihat bahwa seni yang berkembang di Indonesia telah mengalami stilisasi dari dunia luar, seperti halnya pada masa dunia luar masuk kewilayah aceh ataupun Indonesia pada masa silam yang mereka rata-rata adalah pedagang yang tentunya sudah pasti banyak sisi kebudayaan yang masuk keindonesia yang terus-menerus menjadi awal kebudayaan baru yang menjadikan seni memiliki banyak pengaruh dari dunia luar.
Indonesia terkenal sebagai daerah yang dimasuki oleh masyarakat purba dari wilayah cina selatan (teori). Secara kondisional pula Indonesia telah dimasuki banyak daerah seperti halnya pada masa penjajahan dan masa globalisasi 2020 yang itupin akan sangat berpengaruh pada perkembangan dunia kebudayaan yang mengarah pada seni kebudayaan. Jelas terlihat bahwa kebudayaan Indonesia ini tidak dapat dijadikan hak paten masa lalu tetapi selepas Indonesia Merdeka barulah timbul hal yang seperti ini dan bukan tidak mungkin ini adalah stilisasi dari masa terdahulu yang menjdi kebiasaan. Nah jika hal tersebut terlah benar terjadi. Berarti Indonesia telah memiliki penggayaan baru dari dunia luar akan han seni dan kebudayaan.
Pendifinisian seni dan kebudayaan secara mendasar juga saling berkaitan yang juga saling berhubung. Dan seni di Indonesia telah terkontaminasi dari duni luar. Hal ini juga berpengaruh pada seni terdahulu. Jika digaris bawahi sifat manusia dahulu adalah nomaden artinya tidak ada yang memurnikan unsure seni sebagai hak kecuali untuk pengaruh latar yang menjadikan tempat. Terlihat bahwa unsure kebudayaan indonesia juga dimiliki oleh orang lain hanya ada hal yang dimiliki oleh daerah untuk membedakan sebagai popularitas kabangsaan.














Masa Peradaban Yang Berpengaruh
Pada Dunia Seni

Pada dasarnya peradaban Indonesia ini terbagi atas beberapa masa peradaban yang mempengaruhi dunia seni. Telah terkemukakan bahwa indonesi ini memeliki 4 masa peradaban yang saling beringkatan yakni 1.peradaban masa zaman batu, 2.peradaban masa zaman hindu-budha, 3.peradaban masa zaman Islam dan masa moderan saat ini. Artinya indonesia memiliki 4 masa peradaban yang mengawali zaman modern saat ini.
Telah lama dikenal juga juga bahwa zaman batu telah melahirkan bentuk-bentuk seni rupa yang sangat menarik baik itu dari seni kriya sendiri yang berupa patung ataupun seni rupa yang berupa gambaran yang menjadi anggapan itu merupakan nenek moyang mereka yang dapat menjadikan mereka tempat bersandar akan segala masalah yang mereka hadapi di dunia. Hingga saat ini zaman modern telah dikenal bahwa seni rupa memiliki fungsi yang amat sanga penting dalam dunia masyarakat sebagaiman terbukti pada masa lalu pula. Hal ini terlihat bahwa seni dizaman batu masih terpakai untuk saat ini dan zaman batu menjadikan zaman tersebut memiliki ciri khas tersendiri. Begitu juga zaman peradaban hindu – budha dan zaman peradaban masa zaman Islam yang sangat mempengaruhi unsure kepercayaan.
Kongkrit bahwa 3 peradaban dimasa lalu memiliki khasanah tersendiri yang mengubah paradigma banyak hal. Zaman ini karya seni yang dianggap modern adalah karya yang kebanyakan seni rupa atau dengan kata lain berupa lukisan. Sebelum lahirnya Persagi yang mengatasnamakan diri mereka adalah ahli gambar. Tentunya ini dapat menjadi pengkajian yang sangat efektif. Tentu saja jika dikatakan Persagi dibentuk, adakah mereka zaman seni modern. Sepertinya tidak. Karena dapat dikatakan mungkin saja mereka sebagai peng-reka dari seni masa lalu untuk masa modern dan tidak mustahil.jika tersebut masa modern tentunya bukan sebuah nama zaman. Banyak tersebut modern merupakan hal yang baru atau melinium.
Dapat digambarkan seperti zaman terhulu yakni pada masa peralihan dari zaman batu kezaman hindu-budha, tentunya masa zaman hindu-budha merupakan zaman moderen pada amsa itu.(retorika modern: rahmat J 2004). Dapat dikategorikan bahwa zaman saat ini yang terssebut modern masih mengadobsi zaman sebelumnya yang menjadikan zaman ini hanya pengembangan seni secara sederhana saja. Mengapa tidak? Jika dikatakan karya lukisan saat ini sangan bagus tentung dapat diperhatikan? Apakah yang dihasilkan seni lukisan saat ini. Adakan keterkaitan dengan masa zaman masa lalu dan ini tidak dapat diumgkiri. Jika ada maka terlihat bahwa unsure seni masa lalu masih terpakai untuk saat ini. Jika seni yang ada pada masa 3 peradaban yang lalu memberikan kontribusi yang sangat kepada banyak kalangan. Dapat dipertanyakan, adakan hasil cipta masa saat ini yang amat memberi kontribusi tanpa pengeruh apapun termasuk seperti pada masa lalu. Contoh dari segi nilai dasar perjuangan akan kepercayaan ; masa peradaban zaman batu masih menyembah unsure tak bertuhan, tentu pada masa hindu-budha telah ada pengembangan dengan mengakui tuhan meski belum sempurna, dan masa selanjutnya pula terlah masuk agam Islam sebagai agama benar meski hindu-budha masih ada, nah dpatkan pada masa saat ini seni membuktikan yang paling benar antara keduanya.
Dan hal seperti inilah yang menjadi kan satu kontribusi yang sanagt berarti. Namun terlihat saat ini bahwa seni yang ditimbulan tidak seperti itu. Jika dikataka seni saat ini yang berupa lukisan telah sangat nyata.
Namun bagimana dengan pengaruh elektronik yang lebih canggih yang dapat menghasilkan karya lebih bagus karena pada umum masyarakan dapat menjadikan satu unsure kebutuhan apabila itu dapat menjadi satu kebutuhan dan menarik. Jik dikatakan pula bahwa meski tidak menarik itu juga seni, dapat digaris bawahi apakah seni menjadi konsumsi umu atau tidak? Jika tidak untuk apa seni dipamerkan? Artinya seni yang ditimbulkan saat ini masih memerlukan pengembangan dan tidak menjadikan seni saat ini sebagai wacana yang dibesar-besarkan.peradaban pada lalu menjawab bahwa zaman saat ini yang dianggap modern mungkin saja belum mempunyai nama yang memiliki hak paten dalam perberian nama, namun jika saat ini kita yang dianggap seniman pula harus menjadi penonton seni pada lalu, sepertinya tidak. Sebagai senima diharuskan melahirkan seni dalam berkarya yang lebih menarik dan bila perlu tidak menadobsi masa lalu. Karena titik kreativitas memliki 2 dimensi yakni kreatif sebagai pencipta atau sebagai pngembangan saja. Hal seperti ini akan menjawab bahwa seni saat ini yang di anggap modern sebagai apakah itu? Pengembangan ataukah penciptaan? Dan ini dapat terjawab oleh semua kalangan.





Seni kontemporer Indonesia

Seni ini terkadang didefinisikan banyak kalangan yang ada yang memandang dari segi intrinsic dan ada yang juga memandang dari unsure extrinsic. Seni modern yang biasa juga tersebut sebagai seni kontemporer yang mengarah juga pada moderen di Indonesia sangat banyak terlihat hanya pada unsure seni lukis.
Apakah unsure seni lukis merupakan seni saat ini secara penuh, sepertinya ini dapat didiskusikan bersama pula.
Pada sisi lain seni yang saat ini dibanggakan diwilayah Indonesia sepertinya hanya sebagai wacana penggambaran seperti yang tersebut pada title persagi atau biasa disecut ahli gambar (Sejarah seni rupa Indonesia), bukankah namanya saja telah menjadikan mereka pencipta seni gambar yang banyak menghasilkan lukisan seperti lukisan ngarai sianok bukit tinggi padang Sumatra barat. Ini menjadikan wacana yang pernah dikemikakan bahwa seni saat ini belum memiliki nama peradaban serta belum memiliki karya yang menjadikan satu ciri khas tersendiri.
Azhari akmal T M.A dan Darmen S.Pd pernah mangatakan bahwa ucapan yang pernah terucap bahwa kebudayaan yang ada di Indonesia harus diangkat kembali sebagai penciptaan seni kembali. Sepertinya ini mengarah pada realigius juga. Tidak jauh berbeda dengan masa lalu yang kesemuaanya adalah mengandung unsure keagamaan dan kepercayaan. Seperti yang terlihat pada peradaban pertama yang mengarah pada sistem kepercayaan animisme yang salah dan dibenarkan dengan unsure hindu-bhuda yang tetap masih salah serta dibenarkan secara khaffah oleh islam. Namun apakah unsure yang pernah tersebut tentang pemekaran budaya memiliki unsure pemusnahan islam.
Rasanya bukan tidak mustahil ini benar. Terlihat dari kata untuk kembali kemasa lalu artinya, ini juga menyangkut pada sisi pengangkatan kepercayaan lama secara pelan-pelan. Karena pada dasarnya islam tidak dapat dihancurkan tetapi dapat dilemahkan, ketika kita dapat membahas hal yang seperti ini tentui saja ini mengarah pada srategi dan taktik politik yang terpakai karena pada dasar intinya pula unsure politik tetap akan mengarah pada dunia seni sekalipun. Selanjutnya ini merupakan tugas seniman yang diwarnai dengan keyakinan yang ingin membangkitkan gaya penciptaan, tidak kembali pada masa lalu dan mengembangkannya.
Bakhtiar C M.Pd pernah mengatakan ” seniman atau ilmuan jika tidak dibarengi dengan unsure keyakinan atau yang biasa tersebut IMAN maka akan pincang dalam menempuh perjalananya.” Sepertinya ini benar dan terlihat bahwa seperti inilah yang terjadi.









Seni Lukisan Sebagai Dasar Seni Modern

Ketika orang-orang Portugis, yaitu orang-orang-orang Eropa pertama yang tampil di perairan Indonesia menduduki Malaka pada tahun 1511, utusan-utusan berdatangan dari kerajaan-kerajaan tetangga untuk menyerahkan upeti kepada Albuquerque yang menang. Diantara para utusan adalah seorang dari Raja utama dari Jawa yang membawa bersama-sama hadia lain “selembar kain sepanjang selembar beirami (selembar kain linen dari Cambay) yang digambari semua perjuangannya, kereta-keretanya dengan benteng-benteng dari kayu yang ditarik oleh kuda-kuda, serta gajah-gajah dengan benteng-benteng, dan raja dengan empat bendera di kereta-kereta ini serta begitu alami hingga hal itu tak dapat lebih baik.
Dengan demikian kita mempunyai konfirmasi bahwa pada abad ke-16 ada ahli-ahli dalam seni lukis di istana Majapahit. Dengan jelas seniman-seniman ini mengerjakan lukisan-lukisan pada lembaran-lembaran panjang dari ukuran kain, dengan tekhnik mungkin sama dengan tekhnik yang dipergunakan orang-orang Bali dengan baik sampai abad ke-20. Dalam hal gaya, dengan memperhatikan reaksi dari seorang eropa bahwa perwujudan-perwujudannya begitu alami sehingga tak dapat lebih baik, dapat diduga bahwa perwujudan-perwujudan itu tidak distilisasikan seperti lukisan kain Bali dengan tema-tema legendaris.
Pengaruh-pengaruh Barat pada seni di Indonesia mungkin telah mulai dengan sedikit gambar-gambar yang dibawa oleh para agen Kompani India Timur Belanda (V.O.C) sebagai hadiah perdagangan yang sukses. Beberapa lukisan jelek tentang-kapal, para penunggang kuda, orang-orang telanjang, Nabi Musa, Aaron, David, Salomon serta para kesatria dari Kitab Perjanjian Lama, yang semuanya tak bernilai, dipergunakan sebagai hadiah kepada orang-orang besar yang dengan bersungguh meminta barang-barang ini, demikian bunyi deskripsi tentang sekelompok barang di dalam kargo kapal Belanda yang berlabuh diBatavi pada tahun 1637. Seorang yang besar yang telah meminta barang-barang tersebut adalah Sultan Martapura dari Kalimantan (Borneo).
Diantara haadiah-hadiah yang dilaporkan adalah sebuah kapal besar yang diberikan kepada raja Bali, dan sebuah pemandangan Amsterdam yang diberikan kepada Sultan Palembang dari Gubernur Jendral Kompani India Timur Jan Pieterszon Coen. Ada sebuah berita bahwa susuhan dari Surakarta menerima 5 buah lukisan dari Holland.
Lukisan-lukisan ini tanpa meragukan adalah benda-benda ajaib di istana-istana yang tak dapat disangkal akan menarik perhatian pada pelukis istana. Para juru sungging (pelukis ) yang selama abad-abad berikutnya bekerja di keraton-keraton para raja Islam Jawa, walaupun sering kali memberi ilustrasi dan dekorasi babad-babad istana serta manuskrip-manuskrip yang lain, sebagian besar terbatas dalam mendisain motif-motif dekoratif atau mewarnai boneka-boneka wayang.
Dengan demikian jelas bahwa pada waktu zaman sebelum kemerdekaan yaitu pada masa-masa kerajaan telah ada seni yang tercipta yaitu seni lukis yang mana pada masa-masa kerajaan tersebut digambarkan berbagai peristiwa yang terjadi dalam masa tersebut kedalam media kain (lukisan) dan juga sebagai hadiah yang diberikan kepada Raja pada zaman itu.
Kemudian sepanjang abad ke-19, ketika lapisan atas kolonial Belanda makin menjadi terkonsolidasi dijawa di bawah administrasi terpusat yang efisien, perusahan-perusahan yang dimiliki serta yang dikelola oleh orang-orang Barat tumbuh dan jumlah penduduk Belanda meningkat. Diantara mereka ada seorang seniman yang membawa kebiasaan serta perilaku dari daerah tanah asalnya. Pada permulaan abad ke-20 sekelompok cendikiawan Indonesia telah terbentuk yang mulai mengaktifkan semangat nasionalis yang akhirnya mengarah ke berakhirnya Zaman colonial.
Pelukis berpendidikan Barat pertama yang penting tampil pada abad ke-19 yaitu Raden Saleh (1816-1890), seorang pria dengan bakat besar yang meraih pengakuan internasional. Ia berpendidikan baik dan mengadakan perjalanan yang luas berbicara barbahasa Belanda dan Perancis dengan lancar, dan dapat pula berkonversasi dengan bahasa Jerman dan Inggris. Selama tinggal di Eropa yang lebih dari 20 tahun ia dengan kuat dipengaruhi oleh karya-karya Delacroix., yang romantic serta harmonis warna barunya telah menggoncangkan dunia seni Perancis kontemporer. Raden Saleh menciptakan lukisan binatang yang berkelahi dengan garangnya. Kemudian, ketika ia menetap di Jakarta (dahulu Batavia), ia mengelola sebuah kebun binatang kecil untuk menyediakan fasilitas studi binatangnya, yang terletak dekat denagn tempat tinggal Raden Saleh dahulu, sekarang disebut “Taman Raden Saleh”.
Ketika Raden Saleh kembali ke Indonesia, ia adalah seorang pelukis ternama, yang diberi gelar bangsawan di beberapa istana Eropa, dengan gelar Pelukis Kerajaan bagi Raja Holland. Di Eropa ia telah terbiasa pada hubungan-hubungan dengan seniman-seniman terkenal serta pangeran pelindung-pelindung mereka, tanah air kolonialnya seperti rimba baginya. Itulah salah satu tokoh seniman ternama yang legendaris yang hingga sekarang namanya tetap dikenal banyak orang terutama oleh Para-para Seniman. Seumlah pelukis kontemporer Indonesia, diantaranya sudjojono, Basuki Resobowo, Rusli, dan alibasjah,


Karya Lukisan

Di dalam buku seni rupa modern karangan Dharsono dikatakan bahwa; perjalanan seni rupa modern diawali dengan gerakan yang disebut dengan gerakan seni lukis realisme dinamis atau pasca impresionisme (post impressionism). Gerakan ini merupakan masa transisi dari konvensi realism kebentuk kebebasan seniman. Realisme Dinamis’ disebut pula ost Impresionisme’. Impresionisme yang lahir pada abad XIX membawa reaksi tajam. Reaksi tersebut datang dari seorang tokoh impresionisme fanatic: Paul Cezanne (1839-1906). Konsistensi pandangan kaum impresionisme terhadap stimulasi perssepsinya mutlak, pelukisan alam benda mengandung banyak massa tiga dimensi, dalam volume tiga dimensi akan terjadi pelukisan ruang.
Seorang impresionisme sejati selalu hanya mengamati berbagai warna yang terkandung pada permukaan benda dengan kata lain argumentasi kaum impresionis, persepsi alam adalah kemurnian image pada retina, dengan demikian gambar kaum impresionisme berhubungan dengan persepsi retina yang murni, suatu jajaran warna yang banyak, tak berhubungan dengan perbendaharaan benda itu sendiri dan tidak ada garis. Sebaliknya, Paul Cezanne mematahkan kedangkalan image retina kaum impresionis, membawa kembali pada garis, khususnya gerak kerangka kerja linier tiga dimensi, dengan memberi tekanqan gerak garis dan semua ketegangan kinetic dari pada garis, bidang, dan massa. Cezanne mengamati alam sebagai suatu yang dinamis (Stephen C. Pepper, tth: 245). Maka muncullah karya cezanne yang merupakan pendobrakan konvensi tradisi realisme yang dianggap kurang memberikan kedalaman image (periksa Bernard S. Myers dan Trewin Copplestone, ed., 1992:799-817).
Konsep Cezanne amat berpengaruh dan banyak mengilhami seni modern sesudahnya. Pada decade-dekade awal abad ke-20 terjadilah gerakan yang sangat cepat dalam seni dan arsitektur, seiring dengan perkembangan luar biasa dalam bidang sains dan tekhnologi serta struktur social dan politik di seluruh dunia (Mayers dan Copplestone, ed., 1992:831). Bagi orang-orang Indonesia sejarah modern mulai pada tanggal 17 Agustus 1945, yaitu hari ketika di belakang menyerahnya jepang, pemimpin mereka Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdejaan serta mengibarkan bendera merah puth. Sejak semula peringatan tujuhbelas Agustus secara tahunan menekankan kehidupan republic kepulauan. Kendatipun demikian, upaya-upaya untuk membangun.
Di Indonesia seni lukis atau hias memegang peranan penting, sejak zaman prasejarah sampai sekarang. Pola hias di Indonesia mempunyai banyak keseragaman terutama pola geometric yang mempunyai sifat universal. Pola ini hampIr selalu mempunyai peranan dari masa kemasa. Pada jaman prasejarah hiasan atau lukisan tidak hanya merupakan suatu keindahan yang dipergunakan sebagai hiasan belaka.
Namun cenderung kepada keyakinan mereka pada saat itu. Yang mana hiasan-hiasan tersebut mempunyai makna yang melambangkan sesuatu yang mereka anggap dapat menghadirkan kekuatan atau kehebatan sehingga akhirnya ditabukan. Pemikiran tentang adanya sesuatu diluar jangkauan manusia membuat mereka juga menciptakan sesuatu sebagai manifestasinya. Namun dengan perkembangan zaman, hingga sampai kepada zaman modern, itu semua tidak lagi menjadi suatu yang dianggap mendatngkan kekuatan melainkan sudah menjadi benda hias yang tidak lagi dipakai sebagai mana fungsinya pada zaman prasejarah bahkan sudah banyak yang distilisasikan.






“Persagi”
Sebagai Awal Hidupnya Seni Modern

Perkumpulan seni lukis Indonesia pertama dengan sebutan “PERSAGI” sebagai singkatan dari Persatuan Ahli Gambar Indonesia, didirikan pada tanggal 23 Oktober 1938 di Jakarta, dengan ketua Agus Djaya dan sekretaris S. Sudjojono. Perkumpulan yang merintis persatuan pelukis-pelukis Indonesia untuk bekerja sama guna melahirkan ”Corak Persatuan Nasional”, hanya berdiri selama 4 tahun saja, yakni sampai tahun 1942, sebagai tahun berakhirnya pemerintahan jajahan Hindia Belanda dan tahun dimulainya priode baru dari pendudukan Jepang di Indonesia.
Anggota PERSAGI terdiri dari : Emiria Sunassa, G.A. Sukirno, Sudiardjo, Herbert Hutagalung, S. Tutur, Suromo, Surono, Oton Laksman, Ramli Simitro, Suaeb Sastradiwirja, Ateng Rusyan, Saptaritra dan Abdul Salam.
Dengan sikap baru PERSAGI yang menganggap karya seni se bagai budaya suatu bangsa, dihentikanlah anggapan yang ada, bahwa aktivitas melukis sepolah-olah sudah cukup berhasil dengan didasari tekhnis belaka, tanpa memerlukan pandangan hidup dan visi seni yan lebih luas dan dalam.
Pandangan yang demikian itu menurut PERSAGI terdapat pada mashab “ Hindia Molek” sebagai dasar berkarya peluki asing dan Belanda di Indonesia, maupun pelukis Indonesia sendiri yang sealiran. Karya-karya tulis mereka menurut pengamatan PERSAGI, lebuh bersifat routine dan kurang sekali mencerminkan ekspresi dari sikap hidup yang berkepribadian mantap. Maka PERSAGI berketetapan untuk megkaitkan aktivitas kesenian dengan prinsip berolah seni yang sebenarnya dan kreatif.
Untuk kemajuan para anggota perkumpulan baru PERSAGI, diadakan latihan melukis bersama dengan mendiskusikan hasil-hasil. Guna memperluas pengetahuan seni dipelajari perkembangan seni lukis Eropa, dari kaum Impresionis dan ekspresionis sampai karya Picasso, sebagai rentetan tokoh-tokoh seni Eropa. Dianjurkan juga akan pentingnya mempelajari dan mengenal seni lukis sedunia. Majalah-majalah seperti Elsevier, dan studio banyak dipelajari dimasa PERSAGI.
Perkumpulan berhasil mengadakan pameran pertamanya pada tahun 1940 dalam gedung Kolff Jakarta yan mendapat sambutan baik dari kalangan Pers. Setahun kemudian berpameran kembali, pameran diselenggarakan di gedung Bataviaasche Kunstkring, sebagai tempat yang sebelumnya semata-mata memperkenalkan karya-karya pelukis Asing dan Belanda. Pers Indonesia maupun Asing menyambut dengan hangatnya pameran PERSAGI yang ke-2 dengan komentar-komentar tinjauannya.
Sanusi Panemelukiskan dalam surat kabar “Pemandangan” tentang karya-karya Agung Djaya dan S.Sudjojono, juga mengenai karya Suromo dan S. Tutur. Kedua pelukis pertama olehnya dianggap berpengaruh. Agus Djaya dengan jiwa keningratannya dalam arti positif, seperti tersimpul dari karya-karya dan Sudjojono yang merasakan situasi kehidupan sebagai pergolakan.




Persepsi Mengenai Seni Saat Ini Pada Kalangan Mahasiswa

Pernah terucap oleh mahasiswa STSI berinisial ”ic” bahwa seni saat ini merupakan unsure seni yang memiliki nama, jadi penentuan seni yang disebut sebagai seni modern adalah seni yang ditentukan oleh nama yang berpengaruh pada unsure dimensi waktu. Bukan tidak mungkin ini adalah argument yang dapat dibenarkan ketika ini juga mengarah pada uraian diatas.
Hal ini menjadikan banyak difinisi diatas dan urain diatas sebagai pelengkap akan argument lainnya. Jadi seni saat ini dibutuhkan proses penciptaan yang lebih mengarah pada penciptaan yang tidak berpengaruh pada apapun.











Tinjauan Seni Modern

Terlihat sudah bahwa seni saat ini telah digemilangi unsure penjatuhan pada unsure keagamaan karena penggerek seni sepertinya adalah unsure agama dan ini telah terjawab oleh 3 peradaban yang semuanya mengarah pada unsure realigius.
Kesimpulan
 Seni saat ini lebih mengarah pada kembalinya zaman kepada zaman masa lalu yang lebih mengedepankan kepercayaan lama dengan proses penggangkatan kembali budaya lam sebagai tonggak awal pencetusan seni.
 Seni tetap digemilangi oleh unsure politik kapan pun dan dimanapun.
 Seni moderen dapat dikatakan sebagai seni yang belum memiliki hak paten dalam pengatas namaan, karena lebih menonjolkan waktu sebagai pemberian nama.
 Seni sangat berpengaruh pada unsure kebudayaan, jadi dalan meningkatkat produktivitas sepertinya membutuhkan pola persefektif dalam pengkajian dalam kebudayaan yang menjawab dasar penciptaan seni.
Saran
 Kepada para seniman, hendaknya jangan menerima begitu saj tentang klarifikasi tentang seni oleh kalangan seniman lain atau non seni tanpa argument yang otentik.
 Pemberian nama untuk nama zaman mengarah pada senuman jadi kepada senima dan ilmuan hendaknya menciptakan karya seni seperti barat lakukan dlam penciptaan yakni mempersiapkan seni untuk tahun selanjutnya dan bakan mustahil dapat dilaksanakan.