Kamis, 16 Juni 2011

arsitektur Rumah Adat Melayu Riau






Rumah Melayu Riau

Oleh: Rahmat (ISI Padangpanjang)

Bagian-Bagian Rumah Melayu
A.  Atap
Bahan utama atap adalah daun nipah dan dau rumbia, tetapi pada perkembangannya sering dipergunakan atap seng. Dilihat dari bentuknya, bubugan rumah Melayu dapat dibedakan menjadi :
1.    Bubungan panjang sederhana
2.    Bubungan Lima
3.    Bubungan Perak
4.    Bubungan Kombinasi
5.    Bubungan Limas
6.    Bubungan Panjang Berjungkit
7.    Bubungan Gajah Minum

a.    Lambang Pada Atap
1.    Atap Kajang
Bentuk atap ini dikaitnya dengan fungsinya, yaitu tempat berteduh dari hujan dan panas. Yang memiliki makna, hendaknya sikap hidup orang Melayu dapat pula menjadi naungan bagi keluarga dan masyarakat.

2.    Atap Layar
Bentuk atap yang bertingkat disebut Atap layar, Ampar labu, Atap bersayap, atau Atap bertinggam.
3.    Atap Lontik
Atap yang kedua ujung perabungnya melentik ke atas melambangkan bahwa pada awal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada penciptanya. Sedangkan, lekukan pada pertengahan perabungnya melambangkan Lembah keidupan yang kadang kala penuh dengan cobaan.
4.    Atap Limas
Hingga saat ini belum diketahui apa makna lambang pada bentuk atap limas. Kemungkinan dahulu orang melayu mengenal lambang pada bentuk ini, terutama yang berkaitan dengan kepercayaan dalam agama Hindu dan Budha, atau terpengaruh atap banggunan Eropa. Namun demikian, bentuk limas ini sudah menjadi salah satu bntuk banggunan tradisional Melayu Riau.

b.    Selembayung
Selembayung juga disebut juga Sulo Bayung dan Tanduk Buang, adalah hiasan yang terletak bersilang pada kedua ujung perabung bangunan belah bubung dan rumah lontik. Pada bagian bawah adakalanya diberi pula hiasan tambahan seperti tombak terhunus, menyambung kedua ujung perabung (tombak-tombak) Selembayung memiliki beberapa makna, antara lain :
1.      Tajuk Rumah : selembayung membangitkan seri dan cahaya rumah.
2.      Pekasih Rumah : lambang keserasian dalam kehidupan rumah tangga.
3.      Pasak Atap : lambang sikap hidup yang tahu diri.
4.      Tangga Dewa : lambang tempat turun para dewa, mambang, akuan, soko, keramat, dan sisi yang membawa keselamatan bagi manusia.
5.      Rumah Beradat : tanda bahwa bangunan itu adalah tempat kediaman orang berbangsa, balai atau kediaman orang patut-patut.
6.      Tuah Rumah : lambang bahwa bangunan itu mendatangkan tuah kepada pemiliknya.
7.      Lambang Keperkasaan dan Wibawa : selembayung yang dilengkapi dengan tombak-tombak melambangkan keturunan dalam rumah tangga, sekaligus sebagai lambang keperkasaan dan wibawa pemliknya.
8.      Lambang Kasih Sayang : motif ukiran selembayung (daun-daun dan bunga) melambangkan perwujudan, tahu adat dan tahu diri, berlanjutnya keturunan serta serasi dalam keluarga.

c.    Sayap Layang-layang atau Sayap Layangan
Hiasan ini terdapat pada keempat sudut cucuran atap. Bentuknya hampir sama dengan selembayung. Setiap bangunan yang berselmbayung haruslah memakai sayap layangan sebagai padanannya. Letak sayap layang-layang pada empat sudut cucuran atap merupakan lambang sari empat pintu hakiki, yaitu pintu rizki, pintu hati, pintu budi, dan pintu Illahi. Sayap layang-layang juga merupakan lambang kebebasan, yaitu kebebasan yang tahu batas dan tahu diri.
d.   Lebah Bergantung
Hiasan yang terletak di bawah cucuran atap (lispang) dan kadang-kadang di bagian bawah anak tangga. Hiasan ini melambangkan manisnya kehidupan rumah tangga, rela berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri.
e.    Perabung
Hiasan yang terdapat pada perabung rumah /terletak sepanjang perabung disebut  Kuda Berlari. Hiasan ini amat jarang digunakan, lazimnya hanya dipergunakan untuk perabung istana atau balai tertentu. Hiasan ini mengandung beberapa lambang, yaitu:

1.      Lambang Kekuasaan : yakni pemilik banguna itu adalah penguasa tertinggidi wilayahnya.
2.      Lambang lainnya terdapat pada bentuk dan nama ukirannya.

f.     Singap/Bidai
Bagian ini biasanya dibuat bertingkat dan diberi hiasan yang sekaligus berfungsi sebagai ventilas. Pada bagian menjorok keluar  di beri lantai yang disebut teban layar atau lantai alang buang atau disebu juga  Undan- undan.

B.  Tiang
Bangunan Tradisional Melayu adalah bangunan bertiang. Tiang dapat berbentuk bulat atau persegi. Jumlah tiang rumah induk paling banyak 24 buah, sedangkan tiang untuk bagian bangunan lainnya tidak ditentukan jumlahnya. Pada rumah bertiang 24, tiang-tiang itu didirikan dalam 6 baris, masing-masing 4 buah tiang termasuk tiang seri.


Lambang-lambang pada tiang :
1.      Tiang tua : tiang utama yang terletak disebelah kanan dan kiri pintu tengah, atau tiang yang terletak ditengah bangunan yang pertama kali ditegakkan. Tiang tua melambangkan tua rumah, yaitu pimpinan di dalam banguna itu, pimpinan di dalam keluarga dan masyarakat.
2.      Tiang seri : tiang yang terletak di keempat sudut bangunan induk, dan tidah boleh dari tanah terus ke atas. Tiang seri melambangkan Datuk Berempat atau induk berempat, serta melambangkan empat penjuru mata angin.
3.      Tiang penghulu : tiang yang terletak di antara pintu muka denhan tiang seri disudut kanan muka bangunan. Tiang ini melambangkan bahwa rumah itu didirikan menurut ketentuan adat istiadat, dan sekaligus melambangkan bahwa kehidupan didalam keluarga wajib disokongoleh anggota keluarga lainnya.
4.      Tiang tengah : tiang yang terletak di antara tiang-tiang lainnya, terdapat diantara tiang tua dan tiang seri.
5.      Tiang bujang : tiang yang dibuat khusus di bagian tengah bangunan induk, tidak bersambung dari lantai sampai ke loteng atau alangnya. Tiang ini melambangkan kaum kerabat dan anak istri.
6.      Tiang dua belas : tiang gabungan dari 4 buah tiang seri, 4 buah tiang tengah, 2 buah tiang tua, 1 buah tiang penghulu, dan 1 buah tiang bujang.

C.     Pintu
Disebut juga Ambang atau  Lawang. Pintu masuk bagian muka disebut pintu muka, sedangkan pintu di bagian belakang di sebut pintu dapur. Pintu berbentuk persegi empat panjang. Ukuran pitu lebar antara 60 s/d 100 cm, tinggi 1,50 s/d 2 meter.

D.    Jendela
Jendela lazim disebut tingkap atau pelinguk. Bentuknya sama seperti bentuk pintu, tetapi ukurannya lebih kecil atau lebih rendah. Daun jendela dapat terdiri atas dua atau satu lembar daun jendela. Ketinggian letak jendela di dalam sebuah rumah tidak selalu sama. Perbedaan ketinggian ini adakalanya disebabkan oleh perbedaan ketinggian lantai, ada pula yang berkaitan dengan adat istiadat. Umumnya jendela tengah di rumah induk lebih tinggi dari jendela lainnya.
Jendela mengandung makna tertentu pula. Jendela yang sengaja dibuat setinggi orang dewasa berdiri dari lantai, melambangkan bahwa pemilik bangunan adalah orang baik-baik dan patut-patut dan tahu adat dan tradisinya.  Sedangkan yang letaknya rendah melambangkan pemilik bangunan adalah orang yang ramah tamah, selalu menerima tamu dengan ikhlas dan terbuka.

E.     Tangga
Tangga naik ke rumah pada umumnya menghadap ke jalan umum. Tiang tangga berbentuk segi empat atau bulat. Bagian atas disandarkan miring ke ambang pintu dan terletak di atas bendul. Anak tangga dapat di bentuk bulat atau pipih.


F.      Loteng
Dalam bahasa Melayu disebut langa.
G.    Lantai
Lantai rumah induk pada umumnya diketam rapi dengan ukuran lebar antara 20 s/d 30 cm.
H.    Dinding
Papan dinding dipasang vertikal. Kalau ada yang dipasang miring atau bersilang, pemasangan tersebut hanya untuk variasi. Untuk variasi sering pula dipasang miring searah atau miring berlawanan, dengan kemiringan rata-rara 45 derajat.

4 komentar: