MAKALAH
SOSIOLOGI SENI
KOMPONEN SENI
Oleh
Kelompok 3
Ansar salihin
Nim: 04122010
Prasila shalini
Nim: 04082010
Rahmat
Nim: 04192010
Antoni juanda
Nim:04 2010
Ridwan
Nim: 04222010
Yulia filta sari
Nim: 04012010
DOSEN PEMBIMBING
Yulimarni, S.Sn. M.Sn
JURUSAN SENI KRIYA
FALKULTAS SENI RUPA dan DESAIN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
INSTITUT SENI INDONESIA
PADANGPANJANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara etimologi, istilah seni menurut I.G. Bg. Sugriwa. Seni berasal dari kata bahasa Sansekerta yang kurang lebih berarti; penyembahan, pelayanan, pemberian. Menurut Padmapuspitha seni dimungkinkan dari bahasa Belanda yaitu Genie diadopsi dari bahasa Latin yang artinya genius. Menurut Ensiklopedia Britanica, seni dalam bahasa Inggris disebut Art, yaitu kata yang diadopsi dari bahasa Yunani (Sudarmadji. 1979:5).
Kesenian merupakan produk budaya suatu bangsa, semakin tinggi nilai kesenian satu bangsa maka semakin tinggi nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan, kesenian tidak pernah lepas dari masyarakat, sebab kesenian juga merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan segala bentuk ungkapan cipta, rasa dan karsa manusia.
Uraian di atas jelas bahwa seni sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial. Baik itu berupa karya seni, benda seni, pencipta seni, penikmat seni, kritik seni, ilmu seni, lembaga seni dan publikasi seni. Semuanya salalu berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Tampa ada masyarakat menilai dan menikmati seni, seni tidak mempunyai arti apa-apa dalam kehidupan.
B. Batasan Masalah
Dalam makalah ini kelompok 1 akan menjelaskan tentang komponen-komponen seni. Yang terdiri dari, karya seni dan benda seni, seniman, kritik seni, ilmu seni, lembaga seni, pemasaran seni dan penikmat seni. Kemudian bagaimana hubungannya antara komponen-komponen seni dengan sosiologi.
BAB II
PEMBAHSAN
KOMPONEN-KOMPONEN SENI
A. KARYA SENI
Secara bahasa karya adalah pekerjaan, hasil perbuatan, ciptaan. Karya seni adalah suatu hasil ciptaan atau hasil perbuatan manusia yang berupa bentuk, suara, dan gerak yang mempunyai nilai estetika di dalamnya. Karya seni yang diciptakan oleh manusia tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia itu sendiri. Baik karya seni pertunjukan maupun karya seni rupa.
Substansi sebuah karya seni kemudian ditentukan banyak hal. Sama halnya, praktek kesenian dapat sebagai suatu yang terkait hal-hal secara spesifik. Kemudian, karya seni berguna dalam membaca semua praktek yang ada berkaitan dengan hubungan pelakunya, aspek sosial, dan seni itu sendiri. Hal tersebut membantu, hingga kita bisa menilai seni melalui praktek seni dan produk yang dihasilkan. Dan Saat ini kecenderungan apapun bisa dilakukan, baik dalam bentuk tradisi/konvensi atau pun diluar konvensi (Dharsono Sony Kartika, 2004: 61)
Seni tidak lagi mengenai sesuatu yang melulu berkaitan dengan keindahan. Dalam sebuah karya seni kita bisa membicarakan perkembangan teknologi, pola hidup, kekuasaan, taraf pendidikan, hingga dunia seni itu sendiri. Kaitan seni dan budaya, dengan sendirinya menjadi kaitan seni dengan hidup keseharian (Dharsono Sony Kartika, 2004: 61).
penciptaan suatu karya seni mempunyai konsep yang berbeda. Misalnya karya seni rupa diciptakan dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Sedangkan karya seni pertunjukan diciptkan dengan dengan konsep gerak dan pendengaran yang di tontonkan kepada orang banyak.
Benda seni secara langsung berkisar kepada karya seni itu sendiri. Apakah itu medium atau material karya seni yang menghasilkan suatu bentuk seni yang indah. Seni wujud melalui pendengaran untuk audio, media untuk penglihatan untuk visual (tampak). Media ini memberi peranan kepada seni misalnya seni halus lebih kepada media visual, seni musik lebih kepada media audio (Iryan Syair, 2011: 8)
B. PENCIPTA SENI (SENIMAN)
Persoalan pengkarya seni adalah persoalan asas dalam konteks kreativitas dan expresi seniman yang sering di perbincangkan ialah soal gaya karyanya pribadinya menjadi persoalan dalam penghasilan karyanya. Disamping itu perbincangan juga menyentuh mengenai zaman dan bermulanya karya seni yang dihasilkan (Iryan Syair, 2011: 8)
Ada dua pengertian arti seniman; seniman diartikan sebagai nama profesi seseorang dalam menciptakan atau menyusun karya seni. Seniman dapat juga diartikan sebagai manusia yang mengalami proses kreativitas atau proses imanjinasi, yaitu proses interaksi antara persepsi memori dan persepsi luar .
Sehingga dalam hal ini, seniman disamping sebagai pencipta/penyusun bentuk karya seni, juga sekaligus sebagai penghayatan. Penghayatan dalam menanggapi sebuah karya seni akan terlibat propses kreatif/proses imaginasi. itulah mengapa penghayatan juga dapat di katakan sebagai ‘seniman’ penghayatan. Pada seni pertunjukan/teater ada beberapa istilah dan sebutan seniman, yaitu seniman penyusun/penata ,seniman pemeran/penyaji. Dikatakan seniman penyaji/pemeran, karena dalam melaksanakan sajian atau membawakan peran, seniman dituntut keberadaannya dan tidak sekedar membawakan apa yang sudah tertera pada skenario, tetapi dalan dirinya terjadi proses kreatif, yang selanjutnya akan mencuat ke permukaan sajiannya. itulah sebabnya penyaji karya seni pada sebuah pementasan juga di sebut seniman penyaji.
C. ILMU SENI
Ilmu Seni merupakan pengetahuan tentang seni yang berupa teori-teori seni. Ilmu seni berbeda dengan seni. Seni berbicara tentang penghayatan, sedangkan ilmu tentang pemahaman. Seni untuk dinikmati, sementara ilmu seni untuk memahami. Orang dapat ahli dalam menikmati seni, dan mampu menunjukkan karya seni yang baik, tetapi kalau ditanya mengapa sebuah karya seni bagus dan yang lain kurang bagus, belum tentu mampu menjawabnya. Padahal, pilihannya terhadap aneka karya seni yang baik selalu tepat.
Ilmu seni pada awalnya dicetuskan di yunani pada abad ke-8. Namun sebelumnya ilmu seni sudah berkembang di Romawi Kuno pada abad ke-7. Namun teori dari Romawi Kuno tidak kuat, kemudian dikalahkan oleh teori-teori Yunani. Sehingga ilmu-ilmu seni yang berkembang di dunia termasuk di Indonesia pada saat sekarang ini adalah ilmu seni yang berasal dari Yunani. Ilmu seni berawal dari filsafat seni atau sering disebut Filsafat Estetika yang dipelopori oleh seorang filosof Yunani yaitu Aris Toteles dal Plato. Dari filsafat seni itulah berkembang teori-teori ilmu seni lainnya.
Seni juga dapat menjadi objek ilmu, Seni dapat ditinjau dari segi estetikanya, yang berarti menjadi objek ilmu sekaligus filsafat. Seni juga dapat dianalisis berdasarkan bentuk formalnya. Seni dapat pula menjadi objek sejarah. Ilmu-Ilmu seni yang berkembang seperti sosiologi seni, antropologi seni, psikologi seni, perbandingan seni, kritik seni. Belum lagi aspek ekonomi seni, soal manajemen seni, pemasaran seni, konservasi seni, sistem sponsor seni.
Ilmu-ilmu seni tersebut masih harus didistribusikan lagi menjadi beberapa bidang seni khusus. Ada ilmu-ilmu seni rupa, seni teater, seni tari, seni sastra, seni musik, seni arsitektur, dan lain-lain. Tiap-tiap bidang seni tersebut memiliki ilmunya masing-masing. Selanjutnya, melihat kenyataan betapa kayanya bidang ilmu-ilmu seni itu, tiba-tiba saja kita menjadi begitu miskin dalam ilmu seni. Berapa buku telaah ilmu yang pernah ditulis tentang seni rupa kita? Sudah adakah buku mengenai ilmu seni patung, ilmu seni teater, ilmu seni film? Sudah adakah buku sejarah seni musik kita? Sudah adakah buku sosiologi sastra Indonesia? Sudah adakah buku antropologi seni teater Indonesia?
Dalam pengalaman hidup kesenian di Indonesia, masih banyak pencinta seni yang kurang memahami ilmu seni daripada pencinta seni yang memahami seni lengkap dengan ilmunya. Sudah menjadi tugas pengulas atau kritikus seni untuk bertanggung jawab atas penghayatan dan penikmatan serta pemahaman seni. Ini semua dapat dikembalikan kepada sejarah penghayatan seni di Indonesia. Orang Indonesia lebih dahulu menikmati karya seni tingkat dunia daripada mempelajari ilmu seni dunia. Kita lebih dahulu menjadi penikmat seni dan kemudian berkembang menjadi seniman, bukan menjadi ahli seni ilmiah. Dan seniman Indonesia sudah barang tentu mempelajari pula aneka ilmu seni untuk menunjang penciptaan karya.
Di Perguruan Tinggi seni seharusnya dikembangkan ilmu-ilmu seni. Ilmuwan seni dapat kita harapkan muncul dari sana, di samping juga seniman seni. Disiplin ilmiah seni dapat diberikan di samping juga disiplin kreativitas seni. Kalau ini dijalankan, akan dapat dilahirkan ilmuwan seni atau seniman yang memiliki wawasan seni secara ilmiah. Dari sana dapat lahir seniman yang sarjana, tetapi juga sarjana seni. Perguruan tinggi seni adalah tempat mempelajari seni secara ilmiah. Di sana juga terjadi proses pengayaan pengalaman seni. Di samping itu, juga berlangsung proses penciptaan karya seni. Memang belum tentu semua mahasiswa akan menjadi seniman, sebab untuk menjadi seniman tak ada sekolahnya dan resepnya. Seniman itu tumbuh dalam keunikan dan keasliannya sendiri, dan itu tak bisa diajarkan, tetapi harus dicari sendiri oleh sang calon seniman. Kalau dapat diajarkan, yang lahir adalah seniman akademis yang seragam atau sealiran. Dan kesenimanan tak pernah bersifat komunal. Seniman itu individuality, unik, dan otentik.
D. PUBLIKASI DAN PEMASARAN SENI
Publik seni menyentuh persoalan komunikasi karya seni terhadap masyarakat. Seni itu adalah publik, tampa orang lain menghayati karya seni maka karya seni itu tidak dapat berdiri senidi. Maka komunikasi dalam karya seni membuahkan sebuah karya seni akan berjaya dan menjadi milik masyrakat.
Pemasaran seni adalah suatu proses soasial dalam manajerial seni, di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Publikasi dan pemasaran seni terbagi atas tiga
1. Pameran
Pameran merupakan suatu bentuk dalam usaha jasa pertemuan. Yang mempertemukan antara produsen dan pembeli namun pengertian pameran lebih jauh adalah suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh suatu produsen, kelompok, organisasi, perkumpulan tertentu dalam bentuk menampilkan display produk kepada calon relasi atau pembeli. Pameran merupakan salah satu publikasi pemasaran seni, terutama pemasaran karya seni rupa dan desain.
Jenis-jenis Pameran
a. Pameran Tetap (Permanent Exhibition)
Pameran yang menyajikan karya-karya koleksi Galeri Nasional Indonesia secara periodik yang ditata berdasarkan konsep kuratorial dan diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia. Waktu penyelenggraan Pameran Tetap berlangsung minimal 1 kali dalam satu tahun
b. Pameran Temporer (Temporary Exhibition)
Pameran tunggal atau pameran bersama yang menyajikan karya-karya seni rupa dalam jangka waktu tertentu yang diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia atau kerjasama dengan pihak lain. Waktu penyelenggaraan Pameran Temporer berlangsung minimal selama 10 hari, maksimal berlangsung selama 30 hari.
c. Pameran Keliling (Traveling Exhibition)
Pameran yang menyajikan karya-karya koleksi Galeri Nasional Indonesia maupun karya di luar koleksi Galeri Nasional Indonesia ke berbagai daerah di Indonesia dan atau di luar negeri yang diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia atau kerjasama dengan pihak lain. Waktu penyelenggaraan Pameran Keliling minimal berlangsung selama 10 hari.
2. Pertunjukan
Lembaga pertunjukan seni adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seni pertujukan biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.
Meskipun pertunjukan bisa juga dikatakan termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater, tari, musik dan sirkus, tapi biasanya kegiatan-kegiatan seni tersebut pada umumnya lebih dikenal dengan istilah performing arts atau seni pertunjukan. Seni performance adalah istilah yang biasanya mengacu pada seni konseptual atau avant garde yang tumbuh dari seni rupa dan kini mulai beralih ke arah seni kontemporer.
3. Media
Lembaga yang terakhir untuk publikasi dan pemasaran seni adalah media. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian orang masyarakat banyak (Sadiman,2002:6). Diakses dari http://www.scribd.com/doc/.
Publikasi seni dengan media dapat memasarkan semua cabang seni baik seni pertunjukan maupun seni rupa. Media yang digunakan untuk publikasi seni adalah media cetak seperti koran, majalah, buku, jurnal dan sebagainya. Kemudian dapat juga dengan media elekronik seperti televisi, radio dan media online internet.
E. LEMBAGA SENI
Lembaga merupakan suatu kumpulan dari beberapa orang sehingga membentuk suatu kelompok, mempunyai tujuan yang sama dan mempunyai struktur organisasi yang jelas. Lembaga seni adalah suatu kumpulan beberapa orang sehingga membentuk suatu kelompok seni. mempunyai tujuan yang sama untuk menyalurkan aspirasi dan ide-ide seni. Dari ide tersebut terciptanya suatu karya seni dan mengembangkan seni secara meluas.
Lembaga seni terbagi atas dua yaitu lembaga seni komunitas dan lembaga seni pendidikan.
1. Lembaga komunitas seni
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Komunita seni adalah sebuah perkumpulan orang-orang seni, memiliki kerterikatan dan memiliki tujuan bersama untuk mengembangkan seni secara bersama.
Kegiatan kesenian di komunitas pada dasarnya memakai sistem otodidak, kesenian berdarkan pengalaman bukan berdasrkan teori-teori seni. Dalam komunitas yang di utamakan adalah pengalaman dan keterampilan dalam berkesenian. Teori-teori seni tidak terlalu diperlukan selain dari pada teori pokok tentang praktek seni. Akan tetapi pada perkembanganya komunitas seni pada zaman sekarang ini juga menggunakan teori seni. karena banyak pendiri komunita seni adalah seniman-seniman akademis.
2. Lembaga pendidikan seni
Seiring perkembangan zaman berawal dari komunitas seni dan semakin banyaknya toeri-teori ilmu seni maka di dirikanlah lembaga seni yang bersifak lembaga seni pendidikan. Lembaga seni pendidkan ada setara dengan sekolah menengah dan ada juga setara dengan perguruan tinggi.
Lembaga seni yang setara dengan sekolah menengah di indonesia seperti SMIK, SSM, SST, SMKI, SSRI, dan sekolah seni lainnya. Kemudian lembaga seni yang setara dengan perguruan tinggi berawal dari KOKAR, kemudian berubah menjadi AKSI, STSI, dan ISI. Kemudian ada juga ASRI bandung sekarang menjadi ITB bandung. Selain di bidang keguruan ilmu pendidikan di buka juga jurusan seni seperti FKIP seni bahasa dan sastra.
Dalam lembaga pendidikan seni seniman bukan hanya di cetak sebagai seniman yang mampu berkarya dan mempunyai keahlian dalam berkarya. Akan tetapi seniman di tuntut harus mampu menjadi seniman akademis yang menguasai teori-teori seni secara terstruktur. Sehingga seni bukan lagi sebagai hobi, akan tetapi seni dapat menjadi ilmu yang bersifat ilmiah. Seniman selain berkarya harus mampu meneliti kesenian, menulis buku-buku seni, mengembangkan seni secara keilmuan dan mempertahankan seni secara ilmu pengetahuan.
F. KRITIK SENI
Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk menunjukkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Keterangan mengenai kelebihan dan kekurangan ini dipergunakan dalam berbagai aspek, terutama sebagai bahan untuk menunjukkan kualitas dari sebuah karya. Para ahli seni umumnya beranggapan bahwa kegiatan kritik dimulai dari kebutuhan untuk memahami kemudian beranjak kepada kebutuhan memperoleh kesenangan dari kegiatan memperbincangkan berbagai hal yang berkaitan dengan karya seni tersebut.
Sejalan dengan perkembangan pemikiran dan kebutuhan masyarakat terhadap dunia seni, kegiatan kritik kemudian berkembang memenuhi berbagai fungsi sosial lainnya. Kritik karya seni tidak hanya meningkatkan kualitas pemahaman dan apresiasi terhadap sebuah karya seni, tetapi dipergunakan juga sebagai standar untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil berkarya seni. Tanggapan dan penilaian yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama sangat mempengaruhi persepsi penikmat terhadap kualitas sebuah karya seni bahkan dapat mempengaruhi penilaian ekonomis (price) dari karya seni tersebut.
Kritik karya seni memiliki perbedaan tujuan dan kualitas. Karena perbedaan tersebut, maka dijumpai beberapa jenis karya seni seperti yang disampaikan oleh Feldman (1967) yaitu kritik populer (popular criticism), kritik jurnalis (journalistic criticism), kritik keilmuan (scholarly criticism). dan kritik pendidikan (pedagogical criticism). Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat mengantar nalar kita untuk menentukan pola pikir dalam melakukan kritik seni. Setiap tipe mempunyai ciri (kriteria), media (alat : bahasa), cara (metoda), sudut pandang, sasaran, dan materi yang tidak sama. Keempat kritik tersebut memiliki fungsi yang menekankan pada masing-masing keperluannya.
Seni memberikan kemerdekaan kepada siapapun. Baik kepada karyanya, penciptanya, kritikusnya maupun penikmatnya. Seorang kritikus dapat mengkritik karya orang lain dengan nilai apapun. Boleh mencaci maki, menjelekan, ataupun meninggikan nilainya. Akan tetapi seorang kritikus harus mengerti terlebih dahulu tentang ilmu seni apa yang akan di kritiknya.
Pada dasarnya ada dua metode utama yang dikritk dalam seni yaitu kritik subjek dan kritik objek. Kritik subjek seorang kritikus mengkritik mengenai pengarang atau pencipta seni itu. Di dalamnya terdapat asal usul seniman, latar belakang kehidupan, dan watak dari seniman itu. Sedangkan yang dikritik untuk obejeknya adalah tergantung kepada karya seninya. Misalnya seni kriya yang dikritik bentuknya, warnanya, keindahannya, dan yang lainnya. Begitu juga dengan seni teater yang dikritik jalan ceritanya, blokingnya, artistiknya, aktornya, cahanya lampunya dan sebagainya. Begitu juga dengan seni-seni yang lainnya dapat dikritik secara objektif dan subjektif.
Berikut beberapa metode kritik seni
1. Ganjet adalah mengkritik seni dilihat dari pencipta karya seni dan karya seninya. Sehingga ada perbandingan antara pencipta seni dengan karya seninya. Menurut gunawan muhammad dalam seni ada istilah teori dua dunia pengalaman empirik, dari hati ke hati. Bagaimana menyatunya konsep si pengkarya dengan si pengriktik karya.
2. Rawa adalah mengkritik seni hanya dari karyanya saja. Masalah pencipta ataupun senimannya tidak perlu di kritik.
G. PENIKMAT SENI
Penikmat seni adalah penghayat makna pengalaman kehidupan batiniah yang sadar akan ragam kemungkinan bentuk estetis ,yang sanggup mewadahi dan memacu terciptanya beragam makna dengan nilai-nilainya. ia mampu mendapatkan pencerahan bagi kehidupannya sebagai berbudaya. berbekal dari pengalaman, penghayat seni mampu berperan sebagai pendukung pengembangan kehidupan seni.
seorang penghayat seni sadar bahwa pengalaman yang bersumber dari sensitivitas dan subyektivitas dirinya bukanlah satu-satunya yang ada dan benar. Ia harus sadar akan keterbatasannya dan selalu membuka diri bagi hadirny makna dengan nilai-nilainya yang baru dan berbeda. Sama sekali ia sadar bahwa dirinya tidak memiliki wewenang untuk mengarahkan, meskipun ia berwewenang menentukan posisi dirinya dan terlibat secara langsung di dalam menciptakan makna dan mewarnai nilai-nilainya.
Penikmat seni yang baik akan selalu haus dengan ragam pengalaman estetik yang sanggup menggugah gairah kehidupan dengan ragam kekayaan pengalaman batin yang mendalam. Dengan pengalaman itu, manusia akan mewarnai kehidupannya sebagai manusia berbudaya dan mampu menjadi seniman yang terbuka. Seniman yang terbuka akan selalu menerima pacu pengembangan , juga penghayat seni yang terbuka akan menangkap berbagai ragam kemungkinan pengalaman estetik (HB.sutopo ,1991). Adanya saling terbuka tersebut dengan sendirinya bisa di harapkan terciptanya karya-karya seni yang semakin berkembang memenuhi kebutuhan, sejalan dengan kehidupan manusia, terutama kehidupan budaya yang semakin kaya akan ragam mkna dan bentuk.
BAB III.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesenian sebagai ungkapan kreativitas manusia akan tumbuh dan hidup apabila masyarakat masih tetap memelihara, memberi peluang bergerak, serta menularkan dan mengembangkan untuk kemudian menciptakan sesuatu kebudayaan baru. Sebagai produk budaya yang melambangkan masyarakatnya maka kesenian akan terus berhadapan dengan masyarakat dalam arti kesenian menawarkan interpretasi tentang kehidupan, kemudian masyarakat menyambutnya dengan berbagai cara.
Semua komponen seni selalu berhubungan dengan kehidupan manusia. Karna karya seni adalah hasil ciptaan manusia, yang menikmatinya juga manusaia, mengkritiknya manusia. Karya seni tampa penilainnya orang tidak ada nilannya. Karya seni yang di ciptkan besifat yatim piatu setelah selesai di buat maka teserah orang lain menilannya. Sehingga seni bersifat merdeka baik penciptanya, karyanya, penikmatnya, dan pengkritinya. Seni berangkat dari realitas sosial dan pengalaman impirik. sehingga adanya dalam dunia seni teori dua dunia dari hati ke hati.
DAFTAR PUSTAKA
Dharsono Sony Kartika, 2004 ” Seni Rupa Modern” rekayasa sains: Bandung
Fakih mansour, 1997 “Seni Rupa Penyadaran Moelyono” yayasan bantang budaya; Yogyakarta
Iryan Syair, 2011 “ Tabloit Pituluik” Pers ISI Padangpanjang: Padangpanjang
Soedarso, 2006 “ Trilogi Seni” ISI Yogyakarta: Yogyakarta
Sumber lain wawancara
Sulaiman Juned. S.Sn.,M.Sn, Padangpnjang 1 November 2011
Sumber internet
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar